| Cara Mengatur Keuangan Gaji 2 Juta agar Tetap Cukup. |
JAKARTA – Pekerja informal di kota-kota besar mulai April hingga Agustus 2025 menemukan cara mengatur keuangan gaji 2 juta per bulan di Indonesia agar kebutuhan pokok tercukupi dan tabungan tetap terjaga.
Dengan strategi budgeting sederhana, pencatatan pengeluaran, dan dukungan teknologi, mereka berhasil bertahan di tengah tekanan biaya hidup.
Hal ini muncul karena semakin banyak pekerja, mulai dari pengemudi ojek daring hingga pedagang kaki lima, hanya memperoleh penghasilan sekitar dua juta rupiah setiap bulan.
Di tengah harga sewa kost, transportasi, dan bahan pokok yang terus naik, keterampilan mengelola uang menjadi kunci bertahan hidup.
Salah satu contoh datang dari Sari, pengemudi ojek daring di Jakarta, yang membagi gajinya secara disiplin: sebagian besar untuk kebutuhan pokok seperti sewa, transportasi, pulsa, listrik, dan air, sebagian lagi untuk tabungan darurat, belanja harian, dan investasi mikro.
Metode yang digunakan mengadopsi prinsip empat kantong anggaran, di mana sekitar separuh gaji digunakan untuk kebutuhan utama, sedangkan sisanya dibagi untuk tabungan, kebutuhan variabel, dan investasi kecil.
Penggunaan aplikasi keuangan seperti BudgetKu membantu memantau pemasukan dan pengeluaran secara real-time serta memberikan peringatan jika pengeluaran melewati batas.
Kebiasaan mencatat setiap pengeluaran, termasuk yang bernilai kecil, membantu pekerja memahami pola belanja dan menentukan langkah penghematan.
“Dengan membiasakan mencatat pengeluaran harian, pekerja dengan gaji terbatas bisa menyadari pola pengeluaran yang sebenarnya,” kata Dr. Anita Wahyuni, ekonom Universitas Indonesia, pada 1 Agustus 2025 dalam webinar “Ketahanan Finansial Pekerja Rendah Penghasilan”.
Kepala Divisi Keuangan OJK, Budi Pranata, juga menegaskan, “Pengelolaan gaji Rp 2 juta perlu didukung dengan literasi keuangan sederhana, terutama menabung secara disiplin meski dalam nominal kecil,” dalam siaran pers OJK tanggal 20 Juli 2025.
Menurut Dr. Anita, strategi ini efektif karena memaksa seseorang memprioritaskan pengeluaran yang paling penting sebelum membelanjakan uang untuk hal lain.
Pembagian anggaran yang jelas membuat pekerja lebih siap menghadapi kebutuhan mendadak. Sementara itu, aplikasi pencatat keuangan membantu memvisualisasikan kondisi finansial sehingga keputusan belanja bisa lebih tepat. Dengan cara ini, meskipun penghasilan tergolong rendah, mereka tetap bisa menabung dan berinvestasi, yang dalam jangka panjang memberi rasa aman finansial.
Dampaknya cukup luas. Bagi pekerja, cara mengatur keuangan gaji 2 juta seperti ini bisa meningkatkan ketahanan finansial, mengurangi risiko utang konsumtif, dan membentuk kebiasaan menabung.
Bagi aplikasi, tren ini membuka peluang menghadirkan fitur budgeting yang disesuaikan dengan penghasilan rendah, misalnya amplop digital dan edukasi otomatis. Bagi pemerintah dan LSM, data ini menegaskan pentingnya program literasi keuangan yang menyasar masyarakat berpenghasilan rendah agar strategi ini bisa diterapkan secara masif.
Di tengah inflasi yang menekan daya beli, langkah sederhana seperti membagi anggaran ke dalam pos kebutuhan, tabungan, fleksibilitas, dan investasi mikro terbukti ampuh menjaga kestabilan finansial. Survei Badan Pusat Statistik pada Juli 2025 menunjukkan 37 persen pekerja harian berhasil menabung minimal 10 persen dari penghasilannya, naik dari 20 persen pada tahun sebelumnya. Angka ini menandakan pergeseran positif menuju perilaku finansial yang lebih sehat.
Pada akhirnya, cara mengatur keuangan gaji 2 juta bukan hanya soal bertahan hidup, tetapi juga membangun kebiasaan finansial yang bijak. Disiplin mencatat pengeluaran, konsisten menabung, dan memanfaatkan teknologi dapat membuat gaji yang terbatas tetap cukup untuk kebutuhan, bahkan membuka peluang menyiapkan masa depan. Seperti dikatakan Dr. Anita, “Bukan besarnya pendapatan yang menentukan keamanan finansial, tetapi bagaimana kita mengelolanya.”
Trending